Film 'Dead Poet Society' : Jadi guru alay di sekolah [kenapa tidak]
seorang rekan mengajar komen sambil ndumel..
"ahh anak skarang susah diomongin..dilembuti melunjak..dikerasi kita makin makan hati.."
yang lain berkata, "anak skarang lebay, alay..susah diajak konsen belajar.."
temannya menimpali, "ho'oh..beda sangad ya waktu
kita sekolah dulu..rajin datang sekolah..buku pelajaran lengkap..jarang
sangad kita yang remid..eee anak skarang mah udahlah telat..bolos
pula..remidial tiap saat.."
"anak skarang jago dandan..tapi klo belajar..mmm.." kata yg lain..
***
ehh..masa iya kita yg tua2 ini kalah sama anak kemarin sore..
masa iya g ada cara menengahi rentang masa antara kita..ohoho3
meniru gaya Robin Williams di film ini boleh juga keknya ni..
Film Dead
Poets Society adalah film tahun 1989 yang bisa dikatakan sangat menginspirasi.
Film ini mengisahkan
sekelompok siswa yang bersekolah di salah satu sekolah elite di Amerika yaitu
Akademi Welton. Sekolah ini merupakan sekolahan yang terkenal dengan
kedisiplinan yang tinggi dan menganut semboyan Tradisi, Kehormatan, Disiplin
dan Pretasi. Kisah ini bermula dari kisah kehidupan sosial tujuh orang siswa
yaitu : Neil, Todd, Knox, Charlie, Richard, Steven
dan Gerard yang merasakan ketidaknyamanan
dengan peraturan di sekolahnya tersebut.
Pemikiran
mereka tentang ilmu pengetahuan berubah setelah datang guru baru yang akan
mengajarkan satra inggris kepada mereka. Guru tersebut adalah John Keating yang
juga merupakan alumni akademi welton. Guru ini mengajar dengan teknik yang
berbeda sehingga siswa yang diajarnya terinspirasi dengan apa yang ia ajarkan
salah satunya adalah Neil yang memang sejak awal memiliki minat dalam bidang
akting.
Hingga suatu
saat Neil dan kawan-kawannya
menemukan
catatan tua sekolah dimana ternyata guru sastra inggris mereka, John Keating,
pernah mempunyai klub rahasia bernama
Dead
Poets Society. Klub yang anggotanya gemar membaca puisi dan selalu punya
pemikiran berbeda dari yang lainnya menjadi inspirasi Neil dan kawan-kawan
untuk membentuk sebuah klub yang sama.
Lambat
laun pemikiran Neil dan teman-temannya terbuka lebar berkat pengajaran yang
dilakukan oleh Keating, terlebih lagi mereka mendapatkan istilah baru yaitu
Carpe Diem yang dalam bahasa inggris
berarti
Seize The Day yang berarti raihlah kesempatan menjadi motto baru
dalam hidup mereka.
Terutama Todd, remaja paling pemalu diantara
teman-temannya yang lain yang lambat laun menjadi seorang yang berani
mengutarakan isi hatinya berkat pola pikir Keating yang selalu menginspirasi
dan mendukungnya.
Film ini
mengandung pesan moral sekaligus menyindir pemikiran-pemikiran
orthodox
atau pemikiran kaum kolot pada masanya.
Freethinkers adalah jargon
yang selalu diucapkan oleh John Keating. Lakukan apa yang ingin kamu lakukan,
seize
the day! Semua perkataan yang meluncur dari mulut Keating seolah-olah
merasuk kedalam diri Neill, Todd, Knox dan Dalton. Neill yang notabene seorang
murid yang paling pandai tahu bahwa berakting adalah kegemarannya dan impiannya
disamping mendapat nilai bagus terus-menerus di sekolah, kemudian Knox
mempraktekan betul apa itu yang disebut
seize the day dengan cara
menemui gadis pujaan hatinya walau dia tahu bahwa gadis yang disukainya sudah
dimiliki orang lain, dan Todd, remaja pemalu yang akhirnya bisa mengungkapkan
isi hatinya dengan lantang ke seluruh orang. Betul, mereka adalah para pemuda
yang tahu dan paham betul makna pelajaran yang diberikan oleh Keating di setiap
kelasnya, tahu betul bahwa
menjadi seorang yang bisa menikmati kehidupan,
cinta, dan keberadaan diri adalah modal penting untuk menjalanai hidup ini
selain menjadi bankir, pengacara maupun seorang dokter yang sukses.
|
yaaa..g mesti sgini nya jugaaaa.. :-D |
ahh..lalu terngiang lantunan nasyid jadul..
Di akhir masa penantian, terlahir mereka yang kau dambakan
Bagai kertas putih, karunia Ilahi
Kutatap bola matanya, terpancar kesucian jiwa
Mereka bukan milikmu, mereka milik zamannya.
Ajarkan dia tuk mengerti, arti kehidupan yang hakiki
Tiada lagi nilai tertinggi, takwa raih ridho Ilahi
Latihlah slalu tuk mengingkari, setiap panggilan yang keji
Asahlah dia tuk mencintai, panggilan Maha Suci
—-
(Nasyid oleh Nuansa, judul : Bukan milikmu)
Bahkan anak tak mutlak milik orang tuanya..apatah lagi anak didik kita di sekolah..
yaaa..kan apa salahnya kita mulai membangun komunikasi yg selevel dg jaman nya anak-anak kita..
sesekali jd guru alay juga kan bukan dosa..
memberikan pelajaran yg diselipkan selentingan kosakata alay ala anak jaman sekarang keknya seru juga tu..kelas jd rame..
yaaa..stidaknya mereka tertarik dulu lah dg materi yang akan kita sampaikan kan kan kan..
juga ketika mereka bermasalah..tentunya bicara dr hati ke hati itu jg perlu sekufu dlm level bahasa dan gaya juga kan ya..
kadang juga materi yang akan dinilai hanya melalui UN itu hanya terhenti sebatas angka2 yg u know lah..bisa diatur..wani piro..
jadi..alangkah ruginya bila kita kehilangan momet mengajar dan mendidik yg sesungguhnya hanya karena perbedaan zaman dan angkatan..
sesekali alay gpp lah, pak, bu..
*ahh saya nulis ini jangan2 krn saya tergolong angkatan jadul tapi alay yakk..